Rabu, 07 Juli 2010

Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung


BUDIDAYA IKAN KERAPU, Epinephelus sp
DALAM KERAMBA JARING APUNG

 
I. PENDAHULUAN
Bila dibandingkan dengan budidaya ikan air tawar, budidaya ikan laut dalam hal ini budidaya ikan kerapu (Epinephelus sp) saat sekarang prospeknya sangat baik, karena komoditi ini merupakan komuditi ekspor dengan tujuan ekspor utamanya adalah Hongkong. Agriculture and Fisheries Department (AFD) Hongkong, memperkirakan bahwa konsumsi ikan kerapu hidup di Hongkong antara 5.000 ~ 6.000 mt / tahun. Dari lima negara pemasok ikan kerapu hidup ke Hongkong, Indonesia memegang bangsa pasar nomor dua (20 % pangsa pasar) setelah Thailand. Sekarang ini harga pasaran ikan kerapu macan hidup ditingkat produsen sekitar Rp 150.000 ~ Rp 350.000,-/kg.
Bila potensi dan peluang pasar yang ada ini dimanfaatkan secara optimal dan benar, niscaya akan dapat meningkatkan pendapatan nelayan khususnya dan pendapatan daerah umumnya. Disamping itu dengan kondisi ekonomi sekarang ini, dimana naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan semakin meningkatnya biaya produksi dalam penangkapan dan semakin berkurangnya hasil tangkapan nelayan, semuanya ini mengakibatkan hasil pendapatan nelayan sangat rendah sekali bahkan hasil tangkapan tidak dapat menutupi biaya operasi yang telah digunakan. Akhir semuanya ini tentunya menyebabkan para nelayan akan semakin terpuruk dalam jurang kemiskinan.
Dengan adanya potensi sumberdaya alam (budidaya laut) yang cukup besar ini, merupakan peluang besar bagi masyarakat dalam melakukan diversifikasi usaha, diantaranya adalah usaha budidaya ikan kerapu Macan (Epinephelus fuscogu-tattus) dalam Karamba Jaring Apung. Dengan kata lain, usaha ini dapat dijadikan sebagai mata pencaharian alternatif yang sangat menguntungkan.
Keberhasilan usaha budidaya ikan kerapu Macan dengan menggunakan Karamba Jaring Apung (KJA), sangat tergantung kepada penguasaan teknologi yang menyeluruh mengenai budidaya ikan kerapu tersebut, sehingga hal ini merupakan kunci dari keberhasilan usaha itu sendiri. Disamping masalah teknis yang tidak kalah pentingnya adalah masalah social ekonomis, seperti keamanan dan pemasaran.

II. PEMILIHAN LOKASI
Tidak semua perairan pantai dapat dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang harus dipenuhi sebelum usaha budidaya ikan kerapu tersebut dimulai.

2.1. Faktor Resiko
Faktor resiko sangat ditakuti oleh para pembudidaya ikan kerapu, karena faktor ini dapat menjadi kegagalan total dalam usaha budidaya ikan kerapu. Namun demikian perhitungan dan pertimbangan secara cermat atas faktor ini akan dapat membawa keberhasilan operasional budidaya. Adapun yang termasuk ke dalam faktor resiko ini adalah :
  1. Pencemaraan. Lokasi hendaknya terhindar atau jauh dari sumber pencemar, seperti limbah rumah tangga, pertanian dan industri. Limbah rumah tangga dapat berupa buangan detergen, berbagai zat racun (pesticida atau insektisida) dan bahan padat seperti kaleng, pla stik dan lain-lain yang dapat menyebabkan berbagai gangguan pada ikan kerapu yang kita pelihara. Kemudian limbah dari pertanian misalnya herbisida, insektisida dan kotoran hewan. Sedangkan dari limbah industri dapat berupa minyak, logam-logam berat dan limbah industri lainnya yang bersipat racun.
  2. Manusia. Faktor yang berhubungan dengan manusia ini adalah keamanan, yang mana kalau suatu lokasi tempat usaha budidaya tidak aman, maka para investor akan lari atau tidak mau menanamkan modalnya untuk usaha ini. Masalah yang sering terjadi dalam hal ini a dalah pencurian dan sabotase yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab. Tetapi dengan pendekatan sosial-kultural yang baik biasanya masalah ini dapat diatasi atau dihindari.
  3. Konflik penggunaan lahan. Dalam menentukan lokasi tempat usaha budidaya ikan kerapu, lahan tempat usaha haruslah berbas dari konflik atau masalah penggunaan lahan, dimana lokasi haruslah bebas dari jalur lalu lintas kapal, dan juga haruslah memperhatikan perkem-ban gan kota atau daerah (dalam arti kata sesuai dengan pola tata ruang yang telah disusun oleh pem erintah).
  4. Gangguan alam (badai dan gelombang besar). Badai dan gelombang besar akan merusak kontruksi keramba. Disamping itu badai dan gelombang yang terus menerus juga mengakibatkan akan terjadinya pengadukan dasar perairan, sehingga menyebabkan zat-zat organic dan anorganik yang mengendap didasarkan perairan akan naik keatas, dan ini tertentunya akan menimbulkan dampak buruk terhadap perairan tersebut seperti menurunnya (buruknya) kualitas ai r. Semuanya ini tentunya akan menyebabkan ikan menjadi stress dan selera makannya berkurang, sehingga dapat menurunkan produksi yang dapat dipanen nantinya. Tinggi gelombang tidak lebih dari 0,5 meter.
  5. Pasang surut. Kondisi pasang surut yang terlalu besar juga akan menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kehidupan ikan kerapu yang dibudidayakan. Hal ini terjadi terutama pada lokasi perairan yang dekat dengan sumber air tawar (misalnya didepan muara sungai), yang mana pada waktu surut, air tawar akan terbawa jauh ketengah laut, sehingga kondisi ini menyebabkan turunnya kualitas air, terutama menurunnya salinitas dengan drastis dan pH (derajat keasaman). Lokasi seperti itu kurang baik untuk dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu ma can, karena fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali, sehingga mempengaruhi nafsu makan, ikan menjadi stress dan pertumbuhannya terganggu dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan kerapu macan peliharaan.
2.2. Faktor Kemudahan
Disamping faktor di atas, kemudahan dalam penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk usaha budidaya ikan kerapu juga harus kita perhatikan, diantaranya :
  1. Sarana dan prasarana transportasi. Lokasi untuk usaha budidaya ikan kerapu ini haruslah memiliki transportasi yang lancar, sebab sarana dan prasarana transportasi yang minim akan mengakibatkan membesarnya biaya produksi, sehingga akan mengakibatkan harga jual menjadi tinggi, dan akibatnya tidak mampu bersa ing di pasaran. Disamping itu dengan minimnya sarana dan prasarana tranportasi juga akan mengakibatkan sulitnya dalam memasarkan hasil panen nantinya. Jadi dengan terjamin sarana dan prasarana transportasi maka akan memudahkan dal am mendapatkan saprodi (sarana produksi) seperti benih dan pakan.
  2. Ketersediaan benih. Lokasi yang akan dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu juga harus memperhatikan mudah atau tidaknya mendapatkan benih, sebab ketersediaan benih yang berkualitas baik dan kontinyu juga merupakan faktor mutlak dalam menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan kerapu.
  3. Ketersediaan pakan. Daerah yang dekat dengan sumber pakan merupakan lokasi yang diharapkan, karena pakan merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya ikan kerapu. Apabila lokasi suatu usaha budidaya ikan kerapu jauh dari sumber pakan, maka ketersediaan pakan yang berkualitas baik dan kontinyu sukar didapatkan, sehingga hal ini mengakibatkan biaya produksi juga meningkat, dan akhirnya keuntungan yang diperoleh akan lebih kecil atau rendah.
  4. Pemasaran, yang mana lokasi usaha haruslah daerah yang mudah untuk memasarkan hasil panen, dan ini tentunya juga tidak lepas dari sarana dan prasarana transportasi ke lokasi usaha.
2.3. Faktor Hidrologi
a). Faktor Fisika, yang meliputi :
  • Suhu atau temperatur perairan, yaitu 27 ~ 32 oC, dengan fluktuasi harian kecil dari 5 oC.
  • Kedalaman perairan, minimal 5 meter ( 3m tinggi jaring keramba, 2 m jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan ).
  • Kecerahan, perairan harus jernih yaitu minimal kecerahannya 5 meter.
  • Kecepatan arus, yaitu idealnya 15 ~ 30 cm / det.
  • Dasar perairan. khusus untuk ikan kerapu macan, dasar perairan haruslah berkarang atau berpasir.
b). Faktor Kimia, yang meliputi :  
  • Salinitas (kadar garam), yaitu 30 ~ 33 o/oo. Lokasi yang dekat dengan muara sungai tidak dianjurkan untuk lokasi pemeliharaan ikan ker apu macan, karena pada daerah seperti itu fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan kerapu.
  • Derajat keasaman (pH), Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk kehidupan ikan kerapu macan. Suatu perairan yang ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah s er ta lebih mudah terserang penyakit sehingga mengakibatkan tingginya angka kematian (mortalitas). PH perairan yang baik untuk ikan kerapu macan adalah 8,0 ~ 8,2.
  • Oksigen terlarut, Ketersediaan oksigen terlar ut dalam perairan sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu yang dipelihara untuk hidup. Rendahnya konsentrasi oksigen dalam perairan akan meyebabkan kurangnya nafus makan dan rendahnya pertumbuhan ikan kera pu yang kita pelihara dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kandungan oksigen teralarut yang ideal untuk pemeliharaan ikan kerapu adalah diatas 5 ppm.
  • Biological Ocxygen Demand (BOD), yang mana parameter ini menunjukan aktivitas biologi yang ada dalam suatu perairan. Batas ideal BOD untuk pemeliharaan ikan kerapu macan adalah tidak melebih 5 ppm selama 5 hari.
  • Amoniak (NH3), Kandungan amoniak tinggi biasanya terdapat pada perairan yang tercemar dengan bahan-bahan organik. Untuk pemeliharaan ikan kerapu, kandungan amoniak di perairan tempat pemeliharaan tidak boleh lebih dari 1,0 ppm.
c). Faktor Biologi, yang meliputi :
  • Predator, dalam menentukan lokasi juga h arus diperhatikan keberadaan hewan-hewan predator, sebab hal ini juga akan mengganggu tingkat keberhasilan dalam melakukan usaha pemeliharaan ikan kerapu. Adapun hewan-hewan predator yang harus menjadi perhatian disini diantaranya adalah hewan-hewan laut buas, seperti anjing laut, ikan-ikan besar, ikan buntal, dan juga hewan-hewan darat seperti burung.
  • Total koloni bakteri, parameter ini biasanya terjadi pada perairan yang tercemar bahan organik. Total koloni bakteri untuk budidaya ikan kerapu tidak boleh melebihi 3.000 sel / m3.
III. PEMBUATAN KERAMBA JARING APUNG
Untuk membuat Karamba Jaring Apung (KJA), langkah pertama adalah membuat rakit terapung. Pembuatan rakit ini dilakukan di pantai yang landai agar mudah dalam pembuatan dan pemindahan ke lokasi budidaya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan satu unit KJA adalah sebagai berikut :

3.1. Kerangka
Kerangka Keramba Jaring Apung (KJA) dibuat dari kayu rasak dengan ukuran 8 m x 10 m setiap unitnya. Setiap unit KJA terdiri dari 4 petak (lubang) pemeliharaan dengan ukuran 3 m x 3 m, yaitu 3 petak yang digunakan untuk pemeliharaan dan 1 petak untuk cadangan. Pada bahagian tengah KJA terdapat juga 2 petak (lubang) dengan ukuran masing-masingnya 3 m x 1,5 m, yaitu 1 petak untuk rumah jaga dan pelatarannya serta 1 petak lagi untuk tempat pemeliharaan ikan yang sakit.

3.2. Pelampung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka keramba jaring apung. Bahan pelampung yang akan digunakan adalah drum plastik volume 200 liter yaitu sebanyak 35 buah. Sebelum digunakan, kedalam drum plampung dimasukan sedikit karbit. Penggunaan karbit ini bertujuan untuk mengisi udara didalam pelampung, sehingga dengan demikian daya apungnya akan lebih bagus.

3.3. Waring / Jaring
Dalam KJA ini ada 3 (tiga) tingkat ukuran mata waring/jaring, yaitu (a) Waring bagan dengan ukuran mata (mesh size) sekitar 0,5 cm, (b) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,0 inchi, dan (c) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,5 inchi. Setiap unit KJA mempunyai 6 buah waring bagan (3 buah dipakai dan 3 buah untuk waring pengganti), 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,0 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti), dan 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,5 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti).

3.4. Jangkar
Jangkar berfungsi sebagai penahan KJA agar tidak hanyut terbawa arus. Jangkar terbuat dari besi yang mana setiap unit KJA membutuhkan 4 (empat) buah jangkar. Berat masing-masing jangkar adalah 50 kg.

3.5. Penyangga dan Pemberat
Supaya posisi waring/jaring simetris seperti kubus, maka pada bahagian luar bawah jaring dipasang kayu penyangga sebanyak dua buah masing-masing waring/jaring yang dipasang secara diagonal. Kemudian pada masing-masing ujung kayu penyangga tersebut diikatkan pemberat yang terbuat dari beton atau batu dengan berat antara 5 ~ 10 kg/buah. Setiap unit waring / jaring mempunyai 4 buah pemberat.

3.6. Rumah Jaga
Rumah jaga berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan KJA dan tempat berteduh penjaga dari hujan dan panas. Rumah jaga berukuran 2,5 m x 2,0 m yang dilengkapi pelataran (teras) ukuran 2,5 m x 1,25 m, dengan atap terbuat dari seng. Lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2. Setiap unit KJA mempunyai 1 (satu) buah rumah jaga.
Gambar 1. Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu Siap Pakai
 
IV. PEMELIHARAAN IKAN KERAPU
4.1. Penebaran Benih
Benih yang datang dari Bali atau Lampung biasanya berukuran 5 ~ 8 cm. Jumlah benih yang ditebarkan adalah 350 ekor perpetak waring/jaring. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Sebelum benih ditebarkan kedalam waring, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian diri, yaitu dengan jalan memasukkan benih bersama kantong yang masih tertutup ke dalam waring. Setelah suhu air dalam kantong sesuai dengan suhu air dalam waring, maka dilakukan penebaran benih dengan cara membuka kantong platik dan kemudian masukkan air laut dari waring sedikit demi sedikit, dan setalah itu baru kantong plastik tersebut dimiringkan perlahan-lahan kedalam waring dan biarkan ikan keluar dengan sendirinya.
Pemeliharan benih (gelondongan) di dalam waring ini dilakukan selama ± 1,5 bulan, yang mana setelah pemeliharaan selama 1,5 bulan tersebut, ikan kerapu telah mencapai ukuran 10 ~ 13 cm dengan berat 50 ~ 75 gram/ekor. Selanjutnya ikan kerapu dipelihara dalam kantong jaring mesh size 1,0 inchi yaitu selama ± 3,5 bulan. Selama pemeliharaan 3,5 bulan ini, ikan kerapu akan berukuran 18 – 22 cm dengan berat 150 – 200 gram/ekor. Setelah itu ikan kerapu dipelihara dalam kantong jaring mesh size 1,5 inchi, yaitu selama 4 bulan atau sampai panen.

4.2. Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan adalah ikan-ikan kecil seperti ikan bada atau teri. Apabila pakan berasal dari ikan-ikan besar, maka yang diambil dan diberikan kepada ikan kerapu hanya dagingnya saja. Dalam pemberian pakan ini, sebaiknya jenis pakan yang diberikan beragam, jadi tidak hanya berasal dari ikan saja, tetapi dapat juga cumi-cumi dan udang. Hal ini berhubungan dengan memenuhi kebutuhan gizi ikan kerapu, sebab dengan jenis pakan yang berragam ini, kebutuhan gizi (asam-asam amino, asam-asam lemak, vitamin dan mineral) ikan kerapu akan lebih komplit (lengkap).
Sebelum diberikan, pakan ikan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dan kemudian digiling halus dengan menggunakan penggiling daging. Pada bulan pemeliharan ke tiga, pakan yang berasal dari ikan-ikan kecil dihaluskan dengan cara digunting kecil-kecil. Demikian seteruskan, dimana semakin besar ikan kerapu peliharaan, maka ukuran pakan yang dapat dimakan oleh ikan kerapu akan semakin besar pula.
Pemberian pakan dilakukan 2 (dua) kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pemberian dialukan secara ad-libitum (atau sekitar 5,0 ~ 7,5 % dari berat biomas ikan kerapu peliharaan). Pemberikan pakan dilakukan sedikit demi sedikit dengan cermat, sehingga tidak ada pakan yang terbuang percuma kedalam air. Sebab hal ini dapat menyebabkan buruknya kualitas air dalam KJA akibat dari pembusukan sisa makanan tersebut. Pemberian pakan dihentikan setelah melihat benih ikan kerapu tersebut tidak mau makan lagi.
Kedalam pakan ikan sebaiknya dilakukan penambahan multivitamin dan mineral, karena penambahan vitamin dan mineral ini dapat menambah kekebalan tubuh ikan terhadap serangan penyakit, menambah nafsu makan ikan, menambah kinerja atau kesegaran tubuh ikan sehingga terlihat lebih aggresif, dan dapat menurunkan angka kematian (mortalitas). Pemberian multivitamin ini dapat dilakukan melalui pakan dengan selang waktu 2 (dua) kali seminggu. Pada waktu pemeliharaan memasuki bulan ke 2 (dua) sampai bulan ke 3 (tiga), adalah merupakan saat kritik, dimana ikan mudah stress dan mati sehingga mortalitasnya meningkat. Pada waktu kondisi ini sebaiknya pemberian multivitamin dan mineral dilakukan setiap pemberian pakan dengan dosis 0,25 % dari berat pakan. Salah satu jenis multivitamin yang dapat diberikan adalah vitastress. Adapun jenis vitamin yang dapat menekan mortalitas ini adalah vitamin B6, sedangkan vitamin C untuk mencegah stress pada ikan.

4.3. Pencucian / Memandikan Ikan
Memandikan ikan dengan air tawar bertujuan untuk memutus rantai penyebaran parasit atau menghilangkan parasit-parasit yang menempel pada tubuh ikan kerapu peliharaan. Memandikan ikan dilakukan paling lambat sekali dalam 15 hari atau tergantung pada kondisi ikan kerapu peliharaan, misalnya nafsu makannya mulai berkurang atau gerakan ikan kurang lincah dari biasanya. Berdasarkan pengalaman dilapangan, ternyata untuk di Kawasan Mandeh ikan kerapu dimandikan paling lambat sekali dalam 10 hari, atau kurang dari 10 hari yaitu apabila terlihat tanda-tanda yang tidak normal pada ikan, yang biasanya terjadi pada kondisi kualitas air yang menurun. Ikan kerapu dimandikan dengan jalan merendam ikan tersebut dalam air tawar selama 2 ~ 3 menit.

4.4. Gradding Ikan
Gradding ikan atau pemisahan ukuran ikan kerapu peliharaan perlu dilakukan, yaitu dengan tujuan untuk menghindari kanibalisme ikan kerapu yang ukuran besar terhadap ikan kerapu yang ukuran kecil. Disamping itu juga untuk menghindari persaingan berebut pakan, yang mana biasanya yang besar akan mengalahkan yang kecil dalam berebut pakan. Pemisahan ukuran ini dilakukan bersamaan waktunya dengan pencucian/memandikan ikan.

4.5. Penggantian waring/jaring
Penggantian waring/jaring dilakukan bersamaan dengan waktu memandikan ikan kerapu. Pada kenyataannya, di kawasan Mandeh waring/jaring lebih cepat kotor apalagi pada musim hujan, sehingga pada kenyataannya waring diganti sekali dalam 10 hari dan bahkan kadang-kadang bisa sekali dalam seminggu, yaitu apabila terlihat waring telah kotor dan sirkulasi air tidak dapat berjalan dengan baik. Waring/jarring yang kotor tidak hanya menghambat surkulasi air, tetapi juga merupakan sumber sarang penyakit bagi ikan kerapu peliharaan. Waring/jaring yang kotor ini dicuci didarat dengan menggunakan air tawar dan setelah itu dijemur sampai kering.

4.6. Pembersihan pelambung
Sekali dalam sebulan perlu dilakukan pemeriksaan dan pembersihan drum/pelampung. Sebab dalam waktu sebulan drum telah banyak ditumbuhan oleh algae dan tritip. Kondisi yang kotor ini juga merupakan media yang baik bagi perkembangan parasit dan penyakit yang akan menyerang ikan kerapu nantinya. Pembersihan drum plampung dilakukan dengan jalan membalikan drum dan dibiarkan kering terjemur matahari beberapa hari, dan setelah itu dikikis dengan parang untuk membersihkan drum pelampung tersebut. Sedangkan apabila ada drum yang kempes, maka drum plempung tersebut dibuka dari ikatannya dan diperbaiki, sehingga kondisi drum tersebut bulat normal kembali.

4.7. Pengamatan kondisi ikan
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mengamati apakah terjadi perubahan-perubahan terhadap kondisi ikan. Pengamatan tidak hanya dilakukan pada siang hari saja tetapi juga pada malam hari, bahkan pada malam hari akan lebih mudah mengamati perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi pada ikan kerapu. Kalau hasil pengamatan ditemukan ikan yang tingkah lakunya tidak normal, maka dengan segera harus ditangani dan memisahkan ikan tersebut dari kelompoknya.

V. PENYAKIT IKAN KERAPU
Salah satu kendala yang sering dihadapi dalam pembesaran ikan kerapu Macan dalam karamba jaring apung adalah penyakit. Penyakit timbul akibat adanya interaksi antara ikan, patogen dan lingkungan. Adapun penyakit yang pada umumnya menyerang ikan kerapu Macan peliharaan dapat dikelompokan atas 6 (enam) kelompok, yaitu : (a) Penyakit Parasiter, (b) Penyakit Bakterial, (c) Penyakit Mikal, (d) Penyakit Viral, (e) Penyakit Malnutrisi, dan (f) Penyakit lingkungan.

5.1. Penyakit Parasiter
a). Monogenia
Monogonia merupakan parasit sejenis kutu ikan dari golongan Crustacea. Parasit ini menyerang dengan cara menempel di permukaan tunuh ikan kerapu, terutama bahagian kulit dan sirip. Parasit ini dapat menyebabkan kematian pada ikan, karena parasit ini mengisap darah ikan (inangnya). Serangan parasit ini dapat menimbulkan luka pda tubuh ikan, ikan berenang lambat dan cenderung memisahkan diri dari kelompoknya, nafsu makan menurun, sisik mudah lepas, insang berwarna merah pucat, dan tubuhnya sering digesek-gesekan ke waring/jarring atau berenang miring seola-olah merasa gatal.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan yang sakit dalam larutan formalin 100 ppm selama 1 jam dengan aerasi yang kuat. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam.

b). Trematoda
Trematoda merupakan cacing pipih Diplectinum sp yang banyak menyerang ikan kerapu. Parasit ini menyerang insang, hati dan mata. Adapun gejalanya adalah : nafsu makan berkurang, warna tubuh dan insang pucat, produksi lendir dipermukaan tubuh banyak, ikan selalu berenang di bahagian permukaan air dengan kondisi megap=megap dengan tutup insang terbuka.
Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan yang sakit dengan larutan formalin 100 ~ 150 ppm selama 15 ~ 30 menit, dan diulangi selama tiga hari berturut. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam. Setelah itu diberi Combatrin dengan dosis 1 botol combatrin (10 ml) untuk 5 kg pakan.

c). Cryptocaryon
Penyakit ini disebabkan oleh serangan protozoa Cryptocaryon sp, yang lebih dikenal dengan nama penyakit bintik putih. Bagaian tubuh yang diserang adalah permukaan tubuh, ekor, insang dan mata. Gejala dari penyakit ini adalah mata ikan kerapu membengkak, insang dan mata ditumbuhi semacam kista sebesar kepala jarum pentul dan berwarna putih terjadi pendarahan pada bagaian sirip, produksi lendir tubuh meningkat, dan nafsu makan ikan hilang.
Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan dengan air laut yang telah diberi formalin dengan dosis 100 ~ 150 ppm selama 15 ~ 30 menit, dan diulangi selama tiga hari berturut. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam.

d). Tricodiniasis
Penyakit ini disebabkan oleh serangan protozoa Tricodina sp. Protozoa ini akan banyak menenpel pada insang, permukaan tubuh dan sirip ikan kerapu. Gejala yang timbul akibat dari serangan protozoa ini adalah produksi lendir meningkat, nafsu makan hilang, terdapat peradangan pada kuliar luar, dan berenang tidak normal. Pada serangan yang sudah parah dapat menyebabkan siripnya sobek-sobek.
Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan yang sakit dalam air laut yang telah diberi formalin dengan dosis 100 ppm selama 1 jam. Sedangkan untuk ikan yang telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam.

5.2. Penyakit Bakterial
Jenis penyakit bacterial yang sering menyerang ikan kerapu macan adalah penyakit vibriosis. Pemnyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Vibrio sp. Bakteri ini biasanya bertindak sebagai patogen sekunder yang timbul akibat infeksi primer dari parasit. Gejala yang timbul akibat serangan penyakit ini adalah nafsu makan berkurang, lesu, terdapat pembusukan pada sirip, mata menonjol, terjadi pengumpalan pada perut (perut kembung), anus berwarna merah akibat peradangan.
Pengobatan ikan yang sakit akibat dari serangan penyakit ini dapat dilakukan dengan jalan merendam ikan yang sakit dengan oksitetrasiklin 25 ppm selama 1 jam. Kemudian diukuti dengan pemberian oksitetrasiklin melalui pakan, yaitu dengan dosisi 2 ~ 3 gram / kg pakan. Pengobatan dilakukan selama seminggu berturut-turut.

5.3. Penyakit Mikal
Penyakit mikal adalah penyakit yang timbul akibat serangan jamur. Penyakit ini akan menyerang ikan yang sedang stress ataupun luka. Disamping itu, penyakit ini juga dapat masuk melalui makanan yang telah terinfeksi jamur (pakan yang kotor). Secara fisik luar, ikan tidak menunjukan gejala sakit, tetapi apabila dilihat dari dalam akan ditemukan pembengkakan pada organ limpa, hati dan ginjal yang disertai dengan benjolan berwarna putih. Cuma kadang-kadang terlihat gerakan ikan tidak menentu dan kadang-kadang disertai dengan pembengkakan perut. Penyakit ini dapat dicegah dengan jalan: menghidari luka fisik pada ikan, memberikan pakan yang segar dan bersih, dan memisahkan ikan yang sakit dari wadah pemeliharaan. Untuk pengobatan luar dapat dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan methylene blue 0,1 ppm selama 15 ~ 45 menit. Sedangkan untuk pengobatan dari dalam belum ada obatnya.

5.4. Penyakit viral
Ada dua jenis penyakit virus yang menyerang ikan kerapu, yaitu penyakit Viral Necrotic Nerveus (VNN) yang disebabkan oleh virus Nodavirus. Penyakit ini menyerang ikan kerapu pada stadia larva. Larva yang terserang muula-mula tenggelam didasar wadah pemeliharaan kemudian akan mengapung dipermukaan air dengan kondisi perut mengembung.
Yang kedua adalah penyakit Sleepy Grouper Disease yang disebabkan oleh Iridovirus. Penyakit ini sering menyerang ikan kerapu pada stadia juvenil atau gelondongan. Ikan yang terserang penyakit ini akan nampak lemah dan berdiam didasar waring seperti tidur. Gejala ikan yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami anemia dan pembesaran pada organ limpa, warna gelap, insang pucat dan berenang berputar.
Penyakit yang disebabkan oleh virus ini, belum ada obatnya, tetapi dapat dicegah dengan memberikan pakan yang nilai gizinya seimbang, menjaga sanitasi lingkungan dan menggunakan benih yang berasal dari induk yang bebas virus.

5.5. Penyakit Malnutrisi
Penyakit ini disebabkan oleh karena ikan kekurangan zat gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral). Gejala dari penyakit ini adalah hati pucat, ikan kelihatan lesu dan lemah, mata bengkak, pertumbuhan lambat dan mortalitas tinggi. Penyakit ini dapat diatasi dengan permberian pakan yang cukup gizi dan berimbang.

5.6. Penyakit Lingkungan
Penyakit yang disebabkan oleh terjadinya perubahan factor lingkungan Swim Blader Syndrome. Penyakit ini sering kali menyerang ikan kerapu, apabila kondisi lingkungan (kualitas air) jelek, misalnya pada waktu musim hujan dan badai. Ikan kerapu yang terserang p0enyakit ini tidak bias berenang dentgan normal, jadi ikan akan berenang dengan posisi terbalik dan perutnya kelihatan kembung. Penyakit ini dapat dobati dengan jalan mengeluarkan udara dari dalam perut ikan yang sakit. Caranya adalah : masukkan jarum suntik kedalam perut lewat daerah dekat anus, dan setelah itu lakukan pengurutan perut ikan yang sakit secara perlahan-lahan sampai perut ikan kemps. Setelah kemps, jarum dicabut, dan bekas luka tusukan jarum tersebut diolesi dengan antiseptik seperti obat merah/betadin.
Dari jenis-jenis penyakit tersebut diatas, yang paling sering ditemukan dalam budidaya ikan kerapu macan di Kawasan Mandeh khususnya dan Kabupaten Pesisir selatan umumnya adalah : Penyakit parasiter (Monogonia), Penyakit bacterial (vibriosis), dan Penyakit lingkungan (Swim Blader Syndrome). Timbulnya penyakit ini tentunya tidak lepas dari yaitu kondisi lingkungan yang jelek, ikan yang stress akibat penanganan yang kurang baik, dan kualitas pakan yang kurang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2000. Meramu Pakan Ikan Kerapu (Bebek, Lumpur, Macan, Mlabar). Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonimous. 2001. Pembesaran Kerapu Macan (Epinephelus fuscogu-tattus) dan Kerapu Tikus (Cromileptis altivelis) di Karamba Jaring Apung. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut, Lampung.
Anonimous. 2002. Pengelolaan Kesehatan Ikan Budidaya Laut. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut, Lampung.
Asia Pacific Economic Cooperation. 2001. Pembudidayaan dan Managemen Kesehatan Ikan Kerapu. Diterjemahkan dan Diterbitkan oleh Balai besar Riset Perikanan Budidaya Gondol-Bali, Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia.
Ikenoue, H., and T. Kafuku. 1992. Marine Aquaculture In: Modern Methods of Aquaculture in Japan. Kodansha Ltd, Tokyo.
Masrizal. 2003. Percontohan Budidaya Ikan Kerapu di Kawasan Mandeh Kec. XI Koto Tarusan Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, Padang.
Subyakto, S., dan S. Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sudrajat, A., E.S. Heruwati., A. Poernomo., A. Rukyani., J. Widodo., dan E. Danakusumah. 2001. Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency.
Sunyoto, P. 1994. Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring Apung. Penebar Swadaya, Jakarta.

  ©Template by Dicas Blogger.